Laman

Jumat, 28 Desember 2012

JELANG MALAM TAHUN BARU PENJUALAN KONDOM MENINGKAT

0 komentar
       PONTIANAK-menjelang pergantian tahun baru,penjualan alat kontrasepsi(kondom) mengalami peningkatan dikota pontianak.peningkatan penjualan kondom tersebut pada dasarnya berdasarakan survei yang dilakukan disejumlah apotek dikota pontianak,ungkap kepala bidang keluaraga sejahtera dan pembinaan keluaraga(KSPK)BKKBN kalimantan barat,gugus Suprayitno,jumat (28/2).
        dijelaskan,pantauan dailapangan disatu apotek bisa mengalami peningkatan penjualan alat kontrasepsi mencapai 300%.dan kawasan penjualan alat kontrasepsi itu tertinggi terletak pada apotek-apotek dikawasan kota baru.
        kalau penjualan meningkat tajam,maka kemungkinan besar seks diluar nikah juga marak terjadi katanya.(sumber:PONTIANAK POST halaman.1)
      "sahabat-sahabat semua,apakah tahun baru menjadi ajang pesta seks pranikah???apakah wanita selalu menjadi budak seks bebas para lelaki penjahat kelamin??"dengan demikian jangan menyalahkan ilmu dan teknologi yang bisa merusak alam,murka allah diturunkan karena akhlak manusia sudah semakin marak kearah kehancuran...

Selasa, 18 Desember 2012

Napi Mesum Disambut bak Pahlawan

0 komentar

Napi Mesum Disambut bak Pahlawan

Salah satu bukti bahwa industri media di Indonesia dikuasai oleh kaum liberal SEPILIS yang anti dengan nilai-nilai Islam adalah liputan besar-besaran terhadap narapidana Ariel mantan vokalis grup Peterpan saat dia bebas bersyarat dari hukuman penjara. Betapa tidak, di negeri dengan populasi muslim terbesar di dunia ini, hari bebasnya seorang narapidana kasus pemeran video tak senonoh dan amoral semacam Ariel disambut secara besar-besaran bak menyambut seorang pahlawan yang baru pulang dari medan perang. Ia disambut dan dielu-elukan oleh sekelompok remaja dan anak-anak dibawah umur yang diduga kuat sengaja dimobilisasi untuk menyambut sang napi mesum.
Wakil ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Dr. Asrorun Ni’am Sholeh mengatakan bahwa respon terhadap pembebasan terpidana tindak pidana pornografi Nazriel Irham alias Ariel dari Rutan Kebon Waru – Bandung dinilainya sangat berlebihan dan terkesan sengaja didesain oleh pihak-pihak tertentu untuk dijadikan pahlawan.
“Lebay, jelas sekali direkayasa oleh pihak-pihak tertentu, didesain dengan berlebihan, dengan penyambutan bak tokoh pahlawan yang pulang dari medan perang. Seolah ia sebagai orang yang berjasa,” kata Dr. Ni’am di Jakarta, seperti dikutip arrahmah.com, Senin, (23/7/2012).
Pesta penyambutan kebebasan Ariel, lanjut Ni’am, sudah melebihi batas kewajaran yang dialamatkan kepada seorang narapidana kasus amoral, sehingga melebihi orang-orang yang sebenarnya berjasa kepada negara.
“Seolah ia orang mulia, lebih mulia dari atlet-atlet kita yang mengharumkan nama bangsa di kancah internasional, (lebih) dari anak-anak siswa nasional kita yang pulang dari kejuaraan internasional dengan berbagai prestasi, bahkan (lebih) dari kontingen Garuda yang mengharumkan nama bangsa dalam misi perdamaian dunia,” ujar Dr. Ni’am.
Padahal menurutnya, Ariel tak layak disanjung. Sebab, berdasarkan fakta Ariel dihukum karena tindak pidana kejahatan yang meruntuhkan harga diri bangsa. Dan tidak hanya berskala nasional, akan tetapi juga menjadi isu internasional yang memalukan. Bahkan Presiden RI dalam pidato resmi pada peringatan Hari Anak Nasional 2010, dua tahun lalu menyatakan rasa malu atas kasus tersebut.
“Apa yang seperti ini layak disambut bak pahlawan? Bukankah ini fakta nyata desain dari pihak-pihak yang telah, sedang, dan akan mengambil untung dari industri pornografi. Untuk itu, harus waspada terhadap konsolidasi dan gerakan pendukung pornografi,” jelas Dr. Ni’am.
Ia pun menengarai desain penyambutan tersebut memang disengaja didesain oleh pihak-pihak yang mengambil untung dari industri pornografi. “Desain tersebut sangat kelihatan, sebagaimana adanya gerakan ‘Free for Ariel’ pada saat kasus ini disidangkan,” lontar Dr. Ni’am.
Sementara itu menurut Ni’am, realitas yang ada memperlihatkan dari kasus pornografi ini telah menyebabkan demoralisasi anak-anak dan memicu kekerasan seksual kepada anak. “Baik sebagai pelaku maupun korban,” ujarnya.
Dr. Ni’am mengkritisi tindakan mobilisasi anak-anak dan remaja dalam rangka menyambut kebebasan Ariel jelas bertentangan dengan prinsip perlindungan anak. Langkah tersebut menurutnya, merupakan eksploitasi sistemik untuk kepentingan pembangunan opini dan mendongkrak popularitas.
Padahal, lanjut Ni’am, semua orang tahu bahwa yang bersangkutan dihukum karena melakukan tindak pidana pornografi, yang akibat perbuatannya telah menyebabkan terdegradasinya moral anak Indonesia. “Bahkan, pasca kasus tersebut, muncul banyak aduan kasus pencabulan yang dipicu oleh video tersebut,” bebernya.
Dr. Ni’am pun menghimbau kepada masyarakat untuk mewaspadai adanya gerakan sistemik dan terdesain dari pengusaha hitam yang berusaha mengambil keuntungan dari industri pornografi. “Yang membangun image seolah-olah pelaku kejahatan pornografi sebagai idola, tokoh, dan sebagainya, yang justru akan mengancam prinsip perlindungan anak,” pungkasnya.
Sebagaimana diketahui, Ariel resmi mendapatkan Pembebasan Bersyarat (PB) hari Senin (23/7/2012). Sejak pukul 09.15 dengan mengenakan kaos putih dia meninggalkan Rutan Kebon Waru, Bandung.
Inilah kisah nyata tentang lembaran-lembaran hitam yang terjadi di negeri dengan populasi muslim terbesar di dunia ini. Pada saat ormas semacam Front Pembela Islam (FPI) berunjuk rasa menentang kedatangan bintang porno Miyabi, dan menolak terbitnya majalah porno Playboy, para ‘penjahat moral’ yang menguasai media mengecam FPI karena dinilai melanggar HAM dan kebebasan. Namun saat bebasnya seorang napi amoral yang dihukum karena tebukti berbuat tidak senonoh bagaikan binatang dengan dua orang wanita yang salah satunya sudah bersuami, kemudian merekam serta menyebarluaskan video adegan mesumnya, justru dibela dan diperlakukan bagaikan pahlawan besar yang baru pulang dari medan perang.
Apa hendak dikata, Indonesia walaupun sebuah negara yang berpenduduk mayoritas muslim, namun industri media dinegeri ini masih dikuasai oleh kelompok liberal SEPILIS anti Islam yang pro kepada para ‘penjahat agama’ dan ‘penjahat moral’. [KbrNet/adl]

Senin, 03 Desember 2012

SOAL JILBAB

0 komentar
Lima bungkos Dadar Guling dihidangkan di warong kopi. Perbincangan hangat dimulai.

“Kyai, kenapa sih masih ngotot wanita harus pake jilbab?”
“Lha, kok sodare nanya gitu?”
“Jilbab itu kan, budaya Arab?”
“Lha, kok sodare bisa bilang gitu?”
“Kenyataannye begitu.”
“Terus, kalo saye bilang jilbab itu syari’at, awak mau ape?”
“Jilbab itu kan dipake khusus buat shalat atau ke pengajian. Kalau di tempat umum ya mesti dibuka. Bego aja kebalik-balik.”

“Itu kan kata sodare. Saye jax engga ngotot sodare sebut jilbab sebagi budaye Arab.”
“Pakaian itu penggunaannye bersifat situasional. Kalau mao pegi mengaji ye pakai jilbab. Kalau mao berenang ye pakai baju renang. Masa renang pake mukena. Segampang itu kok nggak paham.”
“Emang, siape yang berenang pake mukena?”
“Itu kan tamsil. Masing-masing pakaian ada tempatnya.”
“Astaghfirulllah. Eh, sodare boleh tadak setuju kalo jilbab itu bukan syari’at. Silahkan saje isteri dan anak-anak gadis sodare disuroh telanjang juga masa bodoh. Itu hak sodare. Tapi sebagai muslim terpelajar, omongan sodare justeru seperti orang yang tadak pernah “makan bangku” sekolahan.”
“Rate-rate orang yang berpikiran kolot emang kaya gitu. Pemikirannye bukan level saye.”
“Ye terserah. Lagian, banyak kok orang Islam yang lebeh pecaya penjelasan mufassir selevel Imam Al-Qurthubi, Ibnu Katsir, An-Nasafi, AlBaidhowy atau Abu Su’ud. Ane juga lebih pecaya penafsiran sahabat selevel Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas atau Ibnu Sirin daripada ocehan sodare.”
“He he he ... ya terserah Kyai lah. Jilbab kan hanya bungkus. Yang penting kan isi dan substansinya. Yang penting jadi orang baik.”

Kyai xxxxx membuka sepotong dari lima potong Dadar Guling yang maseh bebungkos plastik. Tapi bukan untuk dicaplok dan dikunyah, namon diletakkan age' di atas piring hidangan. Beberape menet kemudian satu dua Lalat  datang dan numpok di atas Dadar Guling itu. Maken lama, maken banyak Lalat  yang nemplok. Nampak sekali Lalat itu menikmatinya lahap sekali. Dalam ati, Lalat  itu berucap terima kasih kepada orang yang sudah dengan senang hati membuka bungkus plastiknya. Sebab sejak tadi, air lior Lalat itu sudah banjer dan cuman ngeces karene setiap kali dia hinggap di atasnya, bungkus plastiklah yang dihisapnya.

“Monggo,” kata kyai xxxxx menawarkan Dadar Guling pada rekannya itu. Tanpa sungkan, orang itu mengambil satu Dadar Guling yang masih terbungkus plastik, membuka dan melahapnya.
“Ane bolah tanya,” kata kyai xxxxx.
“Silahkan,” jawab orang itu mantap.
“ngape sodare tadak mengambil Dadar Guling yang udah saye buka? Kan enak, sodare tinggal caplok tanpa repot membuka bungkosnya lok.”
“Ih, jijik saye. Masa saye haros makan Dadar Guling yang udah dikerubungi Lalat? Kyai saja kalo berkenan.”
“Loh, ape salahnye? Plastik kan hanya sebatas bungkosan. Yang penting kan isi dan substansinya!”
“Ini kan pilihan saye. Saye merasa aman dengan Dadar Guling yang masih ade bungkosnya.”
“Nah, kalo begitu, biarkan orang-orang yang pake jilbab itu menjalankan pilihannya. Ndak usah dibilang bego dan kebalik-balik. Lha urusan Dadar Guling saja, sodare suke yang masih rapet!”

Twew!

Orang itu merasa omongannya nemplok ke mukanya sendiri. Dia nampak kikuk logiknya dibalikin logika kyai xxxxx. Buru-buru dia meraih lagi Dadar Guling yang masih tersisa. Barangkali untuk menutupi rasa kikuknya. Tapi naas, tiga buah dadar Guling yang masih terbungkus plastik sudah pindah di genggaman Kyai xxxxx. Sementara tangannya sudah terlanjur mencomot Dadar Guling telanjang yang sudah dikerubungi Lalat.

Kekekekek, dasar jail. Kyai xxxxxx malah siul-siul terus mengunyah Dadar Guling, menyeruput kopi pesanannya dan pura-pura tidak tahu aksi orang di sampingnya itu.






sumber :http://www.kaskus.co.id/thread/50a741cf7b12435a49000015/nyesel-ente-klo-kagak-bacasoal-jil-bab/


 

Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com